Iklan

“The Philosophy of La Galigo” Hadir di Soppeng, Warisan Bugis yang Bicara tentang Filsafat Hidup

KETIKTERKINI
Senin, 18 Agustus 2025, Senin, Agustus 18, 2025 WIB Last Updated 2025-08-18T11:12:29Z
Soppeng,- Ketikterkini.com | Kabupaten Soppeng kedatangan sebuah karya literasi yang sarat makna. Buku berjudul The Philosophy of La Galigo karya Mappasessu, S.H., M.H., resmi hadir dan menawarkan perspektif baru dalam memahami warisan agung masyarakat Bugis.

Diterbitkan oleh Goresan Pena, buku setebal 138 halaman ini terbagi dalam 15 bab yang disusun runtut namun tetap mengalir, layaknya sungai tua yang membawa ingatan serta kesadaran. La Galigo, epos yang dikenal sebagai salah satu karya sastra terpanjang di dunia, dibaca oleh Mappasessu bukan sekadar sebagai kisah, melainkan peta filsafat hidup.

“La Galigo bukan sekadar epos sastra terpanjang di dunia; ia adalah peta filsafat hidup, kitab tubuh, dan zikir semesta bagi manusia Bugis,” tulis penulis dalam pengantar bukunya.

Dalam karyanya, Mappasessu mengajak pembaca menyelami kosmologi Bugis yang berakar pada tiga dunia: Boting Langi’ (langit atas), Ale Kawa (dunia tengah), dan Wurénna Lino (dunia bawah). Ketiganya dihubungkan oleh Welenrénngé, pohon kosmik yang menjadi simbol kesadaran serta poros penghubung antara bumi dan cahaya.

Selain itu, buku ini juga mengangkat konsep Eppa Sulapa—empat unsur dasar berupa api, angin, air, dan tanah—yang dipahami bukan hanya sebagai penyusun tubuh manusia, tetapi juga keseimbangan semesta. Tokoh-tokoh legendaris seperti Sawérigading, sang pengembara jiwa, serta We Tenriabeng, sosok kebijaksanaan, dihadirkan bukan sekadar tokoh mitologi, melainkan simbol pencarian jati diri dan kearifan.

Sosok bissu, penjaga kosmos yang melampaui batas gender dan spiritualitas, juga mendapat ruang penting sebagai penyeimbang antara bumi dan langit, doa dan gerak. Nilai-nilai luhur Bugis seperti siri’ (kehormatan), pesse (empati), dan lempu’ (kejujuran) ditegaskan sebagai napas kehidupan yang tetap relevan hingga kini.

“Kita hidup di zaman ketika akar sering dilupakan. Ketika nilai lokal dianggap usang, dan tubuh kita tercerabut dari ritme bumi dan langit. Buku ini hadir untuk menjembatani antara masa lalu yang penuh kebijaksanaan dan masa kini yang haus arah,” tulis Mappasessu.

Kehadiran The Philosophy of La Galigo di Soppeng bukan hanya sekadar peluncuran buku, melainkan sebuah undangan untuk menyelami ulang tubuh, jiwa, dan kosmos Bugis. Lebih dari itu, buku ini memberi tawaran universal: peta menuju keberanian, keseimbangan, serta kebijaksanaan hidup—bukan hanya untuk masyarakat Bugis, tetapi juga bagi siapa saja yang mencari makna.

Komentar

Tampilkan

  • “The Philosophy of La Galigo” Hadir di Soppeng, Warisan Bugis yang Bicara tentang Filsafat Hidup
  • 0

Terkini

Iklan