“Pancasila bukan sekadar dasar negara, melainkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Nilai-nilainya tetap relevan sebagai panduan moral, sosial, dan politik, terutama bagi generasi muda,” ujar Ibrahim saat ditemui di lingkungan kampus.
Ia menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membumikan semangat Pancasila kepada mahasiswa. Menurutnya, kampus tidak hanya berfungsi sebagai tempat transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai ruang pembentukan karakter.
“Pancasila harus diinternalisasi dalam perilaku sehari-hari, bukan sekadar dihafal dalam teks-teks akademik,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ibrahim menyoroti pentingnya kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan masyarakat dalam menghidupkan semangat gotong royong, toleransi, dan keadilan sosial yang terkandung dalam lima sila Pancasila.
“Di tengah situasi sosial-politik yang semakin kompleks, Pancasila adalah jangkar moral yang menuntun arah bangsa agar tidak terombang-ambing oleh kepentingan sempit,” tegasnya.
Sebagai akademisi yang aktif dalam pengembangan sumber daya manusia di daerah, Ibrahim berharap peringatan Hari Lahir Pancasila tidak berhenti sebagai seremoni seremonial, melainkan menjadi momen untuk membangun kesadaran kolektif dalam memperkuat jati diri bangsa.
“Mari kita jaga Pancasila, bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi sebagai napas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.
