Mulai dari penataan pedagang yang semrawut, sistem drainase yang buruk, hingga pengelolaan sampah yang amburadul, semuanya menjadi pemandangan sehari-hari yang kian memperburuk citra pasar tersebut.
"Lama sekali begini terus. Ini salah satu pasar paling ramai di Soppeng, tapi seolah dibiarkan tanpa perhatian. Kumuh dan tidak tertata," keluh seorang pedagang yang juga anggota IKAPPI Soppeng, namun enggan disebutkan namanya.
Dagangan yang meluber hingga ke badan jalan menjadi penyebab utama kemacetan di sekitar pasar. Para pedagang yang tidak tertampung di los resmi memilih berjualan di emperan dan trotoar. Sementara itu, tumpukan sampah yang tak terurus menjadikan pasar kotor dan menimbulkan bau tak sedap.
Di musim penghujan, kondisi semakin parah. Sistem drainase yang tidak memadai membuat sejumlah titik pasar tergenang air. Bahkan, air limbah dari aktivitas pasar dilaporkan merembes hingga ke permukiman warga di sekitarnya. Lantai pasar yang becek dan licin pun meningkatkan risiko kecelakaan bagi pengunjung.
Tak hanya itu, beberapa pedagang memperluas lapak mereka dengan kanopi hingga menutupi area parkir dan akses jalan, membuat mobilitas pengunjung semakin sulit. Sementara itu, beberapa los pasar tampak kosong dan terbengkalai, menunjukkan lemahnya manajemen pengelolaan fasilitas.
"Pasar ini bisa jauh lebih baik kalau ada perhatian serius dari pemerintah. Jangan tunggu makin parah baru mau bertindak," ujar Ahmadi, pengunjung asal kabupaten tetangga, sembari menggelengkan kepala.
Sebagai pusat aktivitas ekonomi rakyat di wilayah tengah Soppeng, Pasar Cabbenge memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Namun tanpa pembenahan yang menyeluruh, fungsinya sebagai sentra perdagangan justru terancam merosot.
Masyarakat dan pedagang berharap pemerintah daerah segera turun tangan, melakukan penataan dan revitalisasi menyeluruh agar Pasar Cabbenge kembali menjadi kebanggaan warga Soppeng. (**)
