Aceh,- Ketikterkini.com | Pada ruang rapat di Banda Aceh menyaksikan perjumpaan penting: jajaran direksi PT Pembangunan Aceh (PEMA) berdialog intens dengan anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Agenda utama? Memperkuat sinergi untuk memaksimalkan peran BUMD agar menjadi penggerak Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh—bukan sekadar mencari sokongan politik, melainkan merancang masa depan ekonomi Aceh yang lebih mandiri.
Dihadiri Ketua Komisi III, Hj. Aisyah Ismail (Kak Lin), serta anggota seperti Hj. Salmawati, Edi Sadikin, Ermiyadi, Musdi Fauzi, dan Dalimi, pertemuan itu bermakna lebih dari sekadar seremonial. “Kita harus akui, anak-anak muda yang memimpin PEMA selama ini telah menunjukkan kinerja yang cukup optimal. Ini patut kita dukung bersama,” ujar Kak Lin, memberi apresiasi sekaligus harapan besar untuk generasi baru BUMD Aceh.
Dari sisi PEMA, pimpinan perusahaan memaparkan sejumlah langkah strategis: pengelolaan bisnis migas yang lebih cermat, eksplorasi peluang energi baru, hingga pengembangan lini usaha yang selama ini belum tergarap maksimal. Tapi inti dari semua itu adalah satu: tata kelola profesional, transparan, dan akuntabel.
Komisi III DPRA menilai bahwa posisi PEMA sangat krusial dalam peta pembangunan Aceh. Dengan dukungan legislatif yang konsisten, perusahaan daerah ini dapat memperluas jaringan bisnis, menarik investasi lokal maupun luar, dan—yang paling penting—menghasilkan manfaat nyata bagi masyarakat di setiap pelosok provinsi.
Pertemuan ini bukan sekadar memperkuat kebersamaan antara legislatif dan BUMD. Ia adalah titik tolak sebuah tekad: menjadikan PEMA sebagai entitas modern yang mampu bersaing, menstimulasi pertumbuhan ekonomi, dan memperkokoh fondasi kesejahteraan Aceh untuk masa depan.

